TujuhMacam Dzikir Tarekat Syathariyyah. Persiapan untuk mendapatkan izin dari guru yang berhak dan sah menunjukkan ilmu Syathariyah adalah dilatih mukadimah ilmunya, yang diperagakan pada jagad pribadi. Mukadimah ini adalah sebagai "pelataran" atau "tangga" untuk masuk ke dalam ilmu Syathariyah, yakni tujuh macam zikir, disesuaikan
Telahmenceritakan kepada kami Ibrahim bin Mundzir Al Hizami, telah menceritakan kepada kami Musa bin Ibrahim Al Harami Al Anshari, aku mend
BeliBertemu Guru Sejati Online terdekat di Dki Jakarta berkualitas dengan harga murah terbaru 2021 di Tokopedia! Pembayaran mudah, pengiriman cepat & bisa cicil 0%
Bagiyang belum bisa bertemu Guru Sejati, anda jangan pesimis, sebab Guru Sejati akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan getaran melalui Hati Nurani anda. Yang kelima dzikir malam perbanyaklah, Salah satunya siapa bisa menjalani hanya menginggat Allah,Hati seseorang menjadi Tentram semoga Gusti Allah mencukupi !!! "Hidup penuh
11 Saudaraku -semoga Allah menyinari hati kita dengan keimanan-, dzikir merupakan ibadah yang sangat agung. Allah ta'ala berfirman, فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ "Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku juga akan mengingat kalian." (QS. al-Baqarah: 152) Orang-orang yang hadir dalam majelis dzikir adalah orang-orang yang berbahagia.
CN6g. Loading... MENGENAL JATI DIRI Siapa sejatinya diri kita sebagai manusia? Pertanyaan ini sederhana, dapat dikemukakan jawaban paling sederhana, maupun jawaban yang lebih rumit dan rinci. Jawaban masing-masing orang tidak bisa diukur secara benar-salah. Cara menjawab siapa diri manusia hanya akan mencerminkan tingkat pemahaman seseorang terhadap kesejatian Tuhan. Secara garis besar dalam diri manusia memiliki dua unsur entitas yang sangat berbeda. Manusia lahir dengan konstruksi terdiri dari fisik dan metafisik di dunia. Fisik berupa jasad atau raga, Metafisik adalah roh beserta unsur-unsur yang lebih rumit lagi. Ilmu Jawa melihat bahwa roh sukma manusia memiliki pamomong pembimbing yang disebut Pancer atau Guru Sejati. Guru Sejati berdiri sendiri menjadi pendamping dan pembimbing sukma. Sukma di siram “air suci” oleh Guru Sejati, sehingga sukma menjadi Sukma Sejati. Di sini tampak Guru Sejati memiliki fungsi sebagai resources atau sumber “pelita” kehidupan. Guru Sejati layak dipercaya sebagai “guru” karena ia bersifat teguh dan memiliki hakekat “sifat-sifat” Tuhan frekuensi kebaikan yang abadi konsisten tidak berubah-ubah kang langgeng tan owah gingsir. Guru Sejati adalah proyeksi dari rahsa/rasa/sirr merupakan rahsa/rasa/sirr yang sumbernya adalah kehendak Tuhan; terminologi Jawa menyebutnya sebagai Rasa Sejati. Dengan kata lain rasa sejati sebagai proyeksi atas “rahsaning” Tuhan sirrullah. Sehingga tak diragukan lagi bila peranan Guru Sejati akan “mewarnai” energi hidup atau roh menjadi energi suci roh suci. Roh Suci / roh al quds / Sukma Sejati, telah mendapat “petunjuk” Tuhan – dalam konteks ini hakikat rasa sejati – maka peranan roh tersebut tidak lain sebagai “utusan Tuhan”. Jiwa, hawa atau nafsu yang telah diperkuat dengan sukma sejati adalah sebagai “penasihat spiritual” bagi jiwa/nafs/hawa. Jiwa perlu di dampingi oleh Guru Sejati karena ia dapat dikalahkan oleh nafsu yang berasal dari jasad/raga/organ tubuh manusia. Jiwa yang ditundukkan oleh nafsu hanya akan mengubah karakternya menjadi jahat. Menurut Kejawen, ilmu seseorang dikatakan sudah mencapai puncaknya apabila sudah bisa menemui wujud Guru Sejati. Sebenarnya Guru Sejati bisa mewujud dalam bentuk “halus”, wujudnya mirip dengan diri kita sendiri. Mungkin sebagian orang ada yang secara sengaja atau tidak; Berdialog dengan diri kita sendiri Melihat diri sendiri tampak menjelma menjadi dua, seperti melihat cermin. Itulah Guru Sejati anda. Atau bagi yang dapat meraga sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma atau badan halusnya sendiri. Wujud kembaran berbeda dengan konsep sedulur kembar itulah entitas Guru Sejati. Karena Guru Sejati memiliki sifat hakekat Tuhan, maka segala nasehatnya akan tepat dan benar adanya. Tidak akan menyesatkan. Oleh sebab itu bagi yang dapat bertemu Guru Sejati, saran dan nasehatnya layak diikuti. Bagi yang belum bisa bertemu Guru Sejati, jangan pesimis, sebab Guru Sejati akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan getaran melalui bisikan hati. Maka anda dapat mencermati suara hati anda sendiri untuk memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang anda hadapi. Namun permasalahannya, jika kita kurang mengasah ketajaman batin, sulit untuk membedakan apakah yang kita rasakan merupakan kehendak hati kareping rahsa ataukah kemauan hati atau hawa nafsu rahsaning karep. Artinya, Guru Sejati menggerakkan suara hati nurani yang diidentifikasi pula sebagai kareping rahsa atau kehendak rasa petunjuk Tuhan sedangkan hawa nafsu tidak lain merupakan rahsaning karep atau rasanya keinginan. Sarat utama kita bertemu dengan Guru Sejati kita adalah dengan laku prihatin; yakni selalu mengolah rahsa, mesu budi, maladihening, mengolah batin dengan cara membersihkan hati dari hawa nafsu, dan menjaga kesucian jiwa dan raga. Sebab orang yang dapat bertemu langsung dengan Guru Sejati nya sendiri, hanyalah orang-orang yang terpilih dan pinilih. SEDULUR PAPAT KIBLAT, LIMA PANCER Dalam proses belajar, banyak pihak yang bisa menjadi Guru Sejati kita, terutama adalah pihak-pihak yang nyata-nyata sudah mengajar kita, yang sudah menjadikan kita menguasai suatu ilmu atau pengetahuan. Konteks Sedulur Papat sebagai Guru Sejati kita muncul ketika tidak ada lagi pihak yang menuntun dan memberi kita ajaran, sehingga kita harus mempelajarinya sendiri. Dalam kondisi ini, kita mempelajari sesuatunya sendiri, mengandalkan kecerdasan pikiran dan kecerdasan batin kita sendiri. Dalam kondisi ini interaksi dengan sedulur papat akan lebih intensif, berupa mengalirnya ide dan ilham sebagai inspirasi untuk ditindaklanjuti, walaupun tidak kita sadari bahwa ide dan ilham itu berasal dari para roh sedulur papat. Sedulur Papat Kiblat, Lima Pancer, diartikan juga sebagai Kesadaran Mikrokosmos. Dalam diri manusia inner world sedulur papat sebagai perlambang empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang sejak dilahirkan di muka bumi. Sebelum bayi lahir akan didahului oleh keluarnya air ketuban atau air kawah. Setelah bayi keluar dari rahim ibu, akan segera disusul oleh plasenta atau ari-ari. Sewaktu bayi lahir juga disertai keluarnya darah dan daging. Maka sedulur papat terdiri dari unsur kawah sebagai kakak, ari-ari sebagai adik, dan darah-daging sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat unsur disatukan maka jadilah jasad, yang kemudian dihidupkan oleh roh sebagai unsur kelima yakni pancer. Konsepsi tersebut kemudian dihubungkan dengan hakekat doa; dalam pandangan Jawa, doa merupakan niat atau kebulatan tekad yang harus melibatkan semua unsur raga dan jiwa secara kompak. Maka untuk mengawali suatu pekerjaan dibutuhkan sikap amateg aji niat ingsun atau artikulasi kemantaban niat dalam mengawali segala sesuatu kegiatan/rencana/usaha. Itulah mengapa dalam Tradisi Jawa untuk mengawali suatu pekerjaan berat maupun ringan diawali dengan mengucap Mantra; “Kakang Kawah adhi Ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedina lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, sedulurku papat kiblat, kalima pancer, ewang-ewangana aku, saperlu ana gawe.” Atau Mantra memanggil SEDULUR PAPAT, KALIMA PANCER, seperti berikut ini “Marmarti kakang Kawah adhi Ari-ari Getih Puser, kadang-ingsun papat kalima pancer, kadangingsun kang ora katon lan kang ora karawatan, sarta kadangingsun kang metu saka mar-gaina lan kang ora metu saka margaina, miwah kadangingsun kang metu barengan sadina kabeh, bapanta ana ing ngarep, ibunta ana ing wuri, ayo pada rewang-rewangana ingsun, katekanna ing sakarsaningsun.” MENGOLAH GURU SEJATI Guru Sejati adalah Rasa Sejati; meretas ke dalam sukma sejati, atau sukma suci, kira-kira sama dengan makna roh kudus ruh al quds. Kita mendayagunakan Guru Sejati kita dengan cara mengarahkan kekuatan metafisik sedulur papat untuk selalu waspada dan jangan sampai tunduk oleh hawa nafsu. Bersamaan menyatukan kekuatan mikrokosmos dengan kekuatan makrokosmos yakni papat keblat alam semesta yang berupa energi alam dari empat arah mata angin, lantas melebur ke dalam kekuatan pancer yang bersifat Transenden Tuhan Yang Maha Kuasa. Setiap orang bisa bertemu Guru Sejatinya, dengan syarat kita dapat menguasai hawa nafsu negatif; nafsu lauwamah nafsu serakah; makan, minum, kebutuhan ragawi, amarah nafsu angkara murka, supiyah mengejar kenikmatan duniawi dan mengapai nafsu positif dalam sukma sejati al mutmainah. Sehingga jasad dan nafs / hawa nafsu lah yang harus mengikuti kehendak sukma sejati untuk menyamakan frekuensinya dengan gelombang Yang Maha Suci. Sukma menjadi suci tatkala sukma sesuai dengan karakter dan sifat gelombang Dzat Yang Maha Suci, yang telah masuk ke dalam sifat hakekat Guru Sejati. Yakni sifat-sifat Sang Tuhan, Peleburan ini yang disebut Manunggaling Kawula-Gusti. Tata cara membangun Sukma Sejati dengan cara Manunggaling Kawula Gusti’ atau penyatuan / penyamaan sifat hakikat makhluk dengan Sang Pencipta. Warangka manjing curigo, yang bermakna manusia masuk kedalam diri Tuhan, ibarat Arya Sena masuk kedalam tubuh Dewa Ruci. Curigo manjing warongko, yang bermakna Tuhan menitis kedalam diri manusia, Ibarat Dewa Wishnu menitis ke dalam diri Prabu Kreshna. Upaya manunggaling kawula Gusti, segenap dapat dilakukan melalui berbagai ritual seperti berikut ini a Mesu budi, b Maladihening, c Tarak brata, d Tapa brata, e Puja brata, f Bangun di dalam tidur, g Sembahyang di dalam bekerja. Tujuannya supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan meninggalkan nafsu amarah. Kejawen mengajarkan bahwa sepanjang hidup manusia hendaknya semangat dan gigih melakukan kebaikan, membelenggu hawa nafsu hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya. Pencapaian hidup manusia pada tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan mendapat anugerah berupa kesucian ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan telah menetapkan kehendakNya, manusia dapat menyelam’ ke dalam tataran tertinggi yakni substansi dari manunggaling kawula gusti sebagai ajaran paling mendasar dalam ilmu kejawen khususnya dalam ajaran Syeh Siti Jenar. Manunggling Kawula Gusti = bersatunya Dzat Pencipta ke dalam diri mahluk. Pancaran Dzat telah bersemayan menerangi ke dalam Guru Sejati, sukma sejati. Dialog Murid dan Guru perihal GURU SEJATI Seorang santri mendatangi gurunya dan bertanya, “Guru…! Saya pernah membaca sebuah hadits yang sangat terkenal dalam tasawuf, “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhan-Nya. Mohon penjelasannya Guru, agar aku bisa mengenal diri…?” Gurunya menjawab, “Banyak sekali orang menafsirkan dan menjelaskan hadits di atas, yang intinya jalan paling jelas untuk mengenal Allah itu ya harus mengenal hakekat dirinya sendiri.” Yang menjadi problema adalah diri yang mana yang harus dikenal…? Karena banyak sekali orang yang mengkaji hakekat diri, tetapi kebanyakan muter – muter sebatas teori. Setelah faham teorinya mereka sering mengajak berdebat orang lain, kalau dirinya mengklaim sudah hakekat dan makrifat. Lalu murid tersebut bertanya, “Apa hakekat diri kita Guru…?” Guru tersebut menjawab. “Hakekat manusia itu adalah Ruh, jasad ini yang ada pada diriku dan dirimu hanyalah sebuah bungkus atau baju yang menutupi Ruh.” Ruh itu berasal langsung dari tiupan Allah yang dimasukkan ke dalam setiap janin yang rata – rata kurang lebih sudah berumur 120 hari dalam kandungan. Di dalam al-Qur’an Allah Azza wa Jalla berfirman “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina air mani. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuhnya RUH ciptaanNya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.” [As Sajdah 7-10] Ketika Ruh masuk ke dalam janin, maka berfungsi menjadi beberapa bagian yaitu – Ruh yang berfungsi sebagai daya hidup, sehingga badan yang dimasuki tersebut bisa bernafas, hidup dan bergerak maka disebut dengan nyawa. – Ruh yang yang masuk ke dalam otak untuk bisa memilah mana yang baik dan mana yang benar itu disebut dengan pikiran. – Ruh yang masuk ke tubuh yang berfungsi untuk wadahnya perbuatan manusia disebut dengan hati. Dalam bahasa arab disebut Qolb karena sering berbolak balik. – Ruh yang menerima semua dampak dari perbuatan baik dan buruk disebut jiwa. Inilah yang akan mengalami surga dan neraka, sesuai dengan hasil perbuatannya. – Bagian dari Jiwa yang bisa keluar masuk ke dalam tubuh disebut dengan sukma. – Ruh yang yang sifatnya membimbing manusia disebut dengan Ruh Idhofi. Wujudnya sama dengan diri kita tapi lebih muda dan bercahaya. Ruh Idhofi itu adalah Ruh Quddus yang sifatnya suci karena langsung pancaran dari Allah, ibarat pemancar sinyal yang langsung menyambung ke pusat satelit. Ruh Idhofi itu julukannya banyak, antara lain disebut juga dengan Guru Sejati, Sukma Sejati, Gusti Bagusnya Hati, Pengeran Sejatining Ingsun Raja Di Dalam Diri, Hati Nurani, Qolbun Salim Hati Yang Selamat dll. Jika kamu sudah kenal dan mengetahui Ruh Idhofi itu, maka dialah Guru Sejatimu yang akan menuntun kamu dalam menuju Allah. Guru Sejatimu itu yang akan membimbing jiwamu dari jiwa yang paling dasar yaitu Jiwa Ammarah berevolusi menjadi Jiwa Lawwamah, Jiwa Mulhimah, Jiwa Muthmainnah, Jiwa Rodiyah, Jiwa Mardhiyyah dan Jiwa Kamillah. “Orang yang sudah mencapai Jiwa Kamilah, maka orang tersebut sudah mencapai tahap Moksa, karena telah terbebas dari hawa nafsunya. Mereka adalah para wali Allah yang masuk surga tanpa hisab.” Murid tersebut bertanya kembali, “Guru… Bagaimana caranya agar saya bisa ketemu Guru Sejati dalam diri saya sendiri…?” Guru tersebut menjawab, “Kamu cari di Susuwe Angin Rumahnya Angin. Yaitu di kedua lubang hidung, itulah masuk keluarnya nafas. Dengan cara kamu dzikir atau meditasi nafas yang benar, maka kamu akan ketemu dengan Ruh Idhofi atau Guru Sejatimu.” “Dan pada diri kalian sendiri, tidakkah kalian memperhatikannya?” [Adz-Dzariyât 21] TANDA PENCAPAIAN SPIRITUALITAS TINGGI Keberhasilan mencapai Guru Sejati, apabila kita sudah benar-benar lepas’ dari raga/tubuh. Yakni jiwa yang telah merdeka dari penjajahan jasad. Bukan berarti kita harus meninggalkan segala kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi, itu salah besar. Sebaliknya, kehidupan duniawi menjadi bekal utama meraih kemuliaan baik di dunia maupun kelak setelah ajal tiba. Seluruh kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu. Kebaikan yang dilakukan tidak didasari “pamrih”; Mengharap iming-iming pahala surga, Takut ancaman dosa-neraka. Melainkan kesadaran akan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan. Kesadaran spiritual bahwa kemuliaan hidup kita apabila kita dapat bermanfaat untuk kebaikan bagi sesama tanpa membeda-bedakan masalah SARA. Orang yang memiliki kesadaran demikian, hakekat kehendaknya merupakan kehendak Tuhan. Apa yang dikatakan menjadi terwujud, setiap doa akan terkabul. Ucapannya diumpamakan “idu geni” ludah api yang diucapkan pasti terwujud. Kalimatnya menjadi “Sabda Pendita Ratu”, selalu menjadi kenyataan. Selain itu, tataran tinggi pencapaian “ilmu batin/spiritual” dapat ditandai, apabila kita dapat menjumpai wujud “diri” kita sendiri, yang tidak lain adalah Guru Sejati kita. Lebih dari itu, kita dapat berdialog dengan Guru Sejati untuk mendengarkan nasehat-nasehatnya, petuah dan petunjuknya. Guru Sejati berperan sebagai “mursyid” yang tidak akan pernah bicara omong kosong dan sesat, sebab Guru Sejati sejatinya adalah pancaran dari gelombang Yang Maha Suci. Di sanalah, kita sudah dekat dengan relung Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, yakni ilmu linuwih, “ibu” dari dari segala macam ilmu, karena mata batin kita akan melihat apa-apa yang menjadi rahasia alam semesta, sekali pun tertutup oleh pandangan manusia maupun teknologi. Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang seseorang diizinkan Tuhan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, melalui petunjuk, mimpi, maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat merupakan petunjuk Tuhan. Maka sangat wajar jika di masa silam nenek moyang kita, memperoleh kawaskitan, kemudian menuangkannya dalam berbagai karya sastra kuno berupa; suluk, serat, dan jangka atau ramalan prediksi. Jangka atau prediksi diterima oleh budaya Jawa sebagai anugerah besar dari Tuhan, terkadang dianggap sebagai peringatan Tuhan, supaya manusia dapat mengkoreksi diri, hati-hati, selalu eling-waspadha dan melakukan langkah antisipasi. PENTINGKAH GURU SEJATI? Pada tingkatan keilmuan yang tinggi, Guru Sejati ini adalah Sukma kita atau roh sedulur papat kita sendiri, terutama ketika sudah tidak ada lagi suatu sosok yang dapat mengajar dan membimbing kita. Ketika masih dalam kondisi awam, roh para sedulur papat akan bersama-sama dengan kita dalam proses belajar mereka juga ikut belajar, tetapi perkembangan belajar mereka jauh lebih cepat daripada kita, karena secara roh mereka mengetahui hal-hal yang tidak kita ketahui secara fisik dan dapat kemudian memberitahukan pengetahuan mereka kepada kita berupa ide-ide dan ilham atau penglihatan gaib yang mengalir dalam pikiran kita. Mereka mengerti seluk-beluk kehidupan kita, termasuk pekerjaan kita yang terkait dengan teori dan alat berteknologi tinggi ataupun teori-teori ilmiah tingkat tinggi. Karena itu bila kita aktif memperhatikan interaksi / pemberitahuan dari mereka itu, kita akan lebih mudah dalam mempelajari sesuatu apapun dalam kehidupan kita dan tidak akan menemukan jalan buntu di dalam suatu permasalahan. Mereka akan aktif hadir di dalam perenungan-perenungan. Keberhasilan berdialog dengan Guru Sejati menandai kemerdekaan jiwa kita dari kungkungan jasad atau raga. Namun bukan berarti kita dapat meninggalkan segala aktivitas dan kehidupan duniawi setelahnya. Salah besar jika setelah bertemu dengan Guru Sejati lantas menganggap bahwa kehidupan nyata tidak perlu lagi dijalani. Justru sebaliknya, apa yang dilakukan di dunia nyata merupakan bekal atau modal utama dalam meraih kemuliaan dunia dan akhirat. Bedanya, semua yang dilakukan di dunia nyata tidak lagi dicemari oleh hawa nafsu. Kebaikan-kebaikan dilakukan tidak lagi didasari pamrih atau harapan untuk memperoleh balasan pahala-surga atau karena takut ancaman dosa-neraka. Melainkan karena kesadaran bahwa memang hal tersebutlah yang semestinya dilakukan sebagai seorang hamba Tuhan. Betapa pentingnya Guru Sejati dalam kehidupan kita ini. Pada kehidupan yang penuh dengan marabahaya, kita harus selalu eling dan waspada sebab setiap saat kemungkinan terburuk dapat menimpa siapa saja yang lengah. Guru Sejati akan selalu memberi peringatan kepada kita akan marabahaya yang mengancam diri kita. Guru Sejati akan mengarahkan kita agar terhindar dari malapetaka, dan bagaimana jalan keluar harus ditempuh. Guru Sejati memiliki kewaskitaan luarbiasa, sangat cermat mengidentifikasi masalah, memiliki ketepatan tinggi dalam mengambil keputusan dan jalan keluar. Hal itu karena guru sejati merupakan entitas zat atau energi kebaikan dari Tuhan. Guru Sejati bekerja secara preventif antisipatif, membimbing kita agar supaya tidak melangkah menuju kepada hal-hal yang akan berujung pada kesengsaraan, malapetaka, atau musibah. “Katimbang turu, becik tangi. Katimbang tangi, becik melek. Katimbang melek, becik lungguh. Katimbang lungguh, becik ngadeg. Katimbang ngadeg, becik lumakuo” RAHAYU… Salam Luar Biasa Prima! Wuryanano Twitter Wuryanano Owner SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College Post Views 17,662 Loading...
GURU SEJATI ITU BUKAN MANUSIA. tapi karena menempati manusia sehingga wujudnya menyerupai manusia. Ibarat air akan menyerupai bentuk wadahnya..... Yang sampai didunianya ketemu MANUSIA itu, dan berguru kepadaNya, 99%tujuan manusia selesai asal dijaga untuk berpegang sampai mati. Guru sejati itu bukan nabi muhammad, bukan pula nabi Isa, atau nabi Musa. Tapi guru sejati itu adalah GURUNYA BELIAU2 PARA RASUL.... yang disebut Qur'an sebagai NUURUN ala nur an nur 35. Yang membawa jalan wasilah Al maidah 35. Yang bisa membaiat dan memberikan syafaat kepada umat as syuura 52. DIA adalah cahayaNya Allah yang bertajalli dialamnya manusia. Dia sebenarnya ya ALLAH SENDIRI. Hanya saja merupakan sifat wujudNya fiil sifatNya.....supaya manusia bisa kembali. DIA adalah PORTAL MANUSIA UNTUK MENUJU ALLAH. yang bisa menunjukkan JEMBATAN SIROOTHOL MUSTAQIM. DIA-ALLAH YANG MEWUJUD. Silahkan baca di iftitah Sholat, inni wajahtu wajhiya lilladhi fatarossamawaati wal Ardhi Tapi yang wujud itu bukan Allah. Tapi Allah ada dibalik yang wujud itu... Ibarat kita sholat jasmani menghadap Ka'bah, TAPI KITA GAK MENYEMBAH KA'BAH. itu gambaran membedakannya, karena sekilas memang akan SANGAT DIANGGAP SYIRIK. makanya, wajibnya kita mengurai dengan bahasa yang logis, yang ilmiah,... Supaya kita gak SELEGENJE di pemahaman. Beruntunglah yang didunianya bertemu dengan GURU WALIYYAM MURSYIDA... YANG KAMIL MUKAMIL,...LAGI KHALIS MUKHLISIN... Al Kahfi 17 Dia adalah guru sejati sejak manusia awal dan manusia akhir. Hanya tuan2 yang telah pernah bertemu denganNya lah yang mengerti kedudukan pentingnya WALIYYAM MURSYIDA itu..... Dialah TUHAN yang mewujud DIDUNIA INI..... Karena Allah ada dibalikNya.. GURU MURSYID Inilah 9 ciri dan cara belajar kepada seorang Mursyid Berbahagialah orang yang sudah menemukan guru pembimbing setingkat Mursyid. Dengan itu, seseorang itu dapat mudah mempelajari ilmu Tasawwuf termasuk ilmu Tarekat, Hakikat dan Ma'krifat. مَنْ لاَشَيْخٌ مُرْشِدٌ لَهُ فَمُرْشِدُهُ الشَّيْطَانُ Ertinya “Barangsiapa yang tiada Mursyid Guru yang memimpinnya ke jalan Allah, maka syaitanlah yang menjadi gurunya”. Namun mendapatkan guru setingkat Mursyid ini ternyata tidaklah mudah. Oleh kerana itu ada baiknya memahami dulu bagaimana seorang Mursyid itu terkait erti, karakter dan cara untuk mendapatkan ilmu darinya. Bila dipahami secara mendalam, bahawa belajar ilmu tiada salahnya kepada siapapun. Orang yang belajar ilmu Allah swt akan menyedari dirinya bodoh dan selalu tawadhu' kepada Allah swt dan orang lain. Kadangkala disedari kebenaran tidaklah selalu datang kepada orang yang berpangkat atau hebat, malah didapat dari orang awam biasa. Orang yang diberikan ilmu Allah swt bukan pada penampilan fizik berupa pangkat kekayaan, namun Ilmu Allah swt hanya akan bersemayam kepada insan yang memiliki hati, iman dan selalu bertawakal. "Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah akan memberikan kecerdasan pemahaman sebaik-baiknya dalam hal agama." HR Bukhari Diberikan atau tidaknya ilmu Allah swt kepada seseorang adalah hak Allah, dan Allah yang menentukan sendiri bagaimana seseorang itu dapat menguasai ilmunya. Kerana itu jelas ada orang yang dilebihkan atas insan yang satu dengan lainnya terkait dengan penguasaan ilmu Allah, dan disitulah Mursyid berada sebagai orang yang diberi kelebihan baik derajat dan kemuliaan terkait ilmu Allah swt. *Ciri dan karakter seorang Mursyid Kerana itu untuk mendapatkan guru setaraf Mursyid tidaklah mudah, Allah-lah yang menunjukkan sesuai kadar niat atau kesungguhan dan tingkatan keimanan seseorang serta ibadah yang dilakukannya. Beberapa ulama memberikan karakter sebagai berikut; 1 Sederhana, tidak selalu terkenal cenderung tersembunyi. Ulama Mursyid tidak selalu sama dengan ulama yang dikenal luas atau terkenal, malah kadang-kadang tempatnya terpencil dan posisinya sangat sederhana serta selalu tawadhu. Ada sebahagian malah disembunyikan Allah. 2 Ucapannya terbuka, tidak mahu benar sendiri. Lalu kalimat yang terucap lebih banyak terbuka, tidak pernah menunjuk dirinya saya atau aku, apalagi mahu benar sendiri. Semua hanya kerana Allah swt dan ajarannya memberi kesejukan di hati. Memiliki ilmu hikmah dalam ertinya, mampu membaca ayat-ayat Tafsir terkait ciptaan dan kejadian Allah swt yang terjadi di langit, bumi dan seisinya. 4 Mampu mengungkap rahasia Allah swt. Seorang Mursyid memiliki kemampuan mengungkap kerahasian Allah swt Terutama kalam Allah yang tidak berhuruf, bertulis dan bersuara. Dengan demikian ilmunya tidak selalu sarat periwayatan dan dalil-dalil yang panjang melainkan ringkas dan sederhana Mudah dihadam yang semuanya merupakan kebenaran yang Haq. 5 Suluk mungkin berbeza, tetapi intinya mengajak dekat kepada Allah swt. Seorang Mursyid membawakan jalan atau cara Suluk kepada salik yang berbeza, tidaklah selalu sama namun hakikatnye mengajak diri untuk lebih dekat kepada Allah swt. Sebagai pewaris Nabi, biasanya memiliki silsilah atau keturunan kuat dan hanya diketahui diantara sesama Mursyid, sehingga ilmu ini terjamin kesahihannya, selalu diturunkan antara mursyid yang satu dengan penerusnya dan itu dijamin tetap ada sepeninggal Nabi Muhammad saw atau hingga akhir zaman. Didalam masa perjuangan Mursyid setaraf aulia dan wali tidak pernah marasa takut dan gentar dengan kurnia Allah swt yang berupa karomah yang dimilikinya. "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak Pula mereka bersedih hati. QS Yunus 62 8 Memiliki firasat yang tajam. Kedekatannya kepada Allah swt, menjadi wajar bila seorang mursyid sebagaimana orang sholeh memiliki kemampuan dapat mengetahui beberapa hal yang tersembunyi terkait diri kita, bahkan dia akan tahu jauh sebelum kedatangan kita. Hal itu dikeranakan seorang mursyid itu memiliki firasat mengetahui rahasia Allah swt yang diberikan kepadanya tentang suatu hal atau kejadian dari makhlukNya. Sesuai hadist; Dari Abu Said Al Khudri, bahwa Rasulullah saw bersabda; "Takutlah terhadap firasat seorang mukmin, sebab ia melihat dengan cahaya Allah, kemudian membaca ayat Inna fi dzalika li ayatin lilmutawassimin." HR Tirmidzi 9 Menyendiri tidak bergantung kepada orang lain. Mampu hidup dirinya sendiri dengan keyakinan yang kuat pada rezeki Allah swt, sehingga tidak bergantung kepada orang atau kelompok lain. Ini yang disebut "Iffah", ertinya dapat mencukupi dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat akan rezeki Allah swt kepadanya. Bila karakter ini ditemukan, tetapkan dan niatkan untuk belajar kepadanya, niatkan untuk patuh kepadanya. Patuh adalah syarat atau adab untuk mendapatkan ilmu batin ini. Mursyid adalah orang yang dicintai Allah swt kerana dengan mencintai orang yang dicintai Allah swt, maka Allah swt akan menyayangi kita. Beberapa kisah kepatuhan luar biasa pernah ditunjukkan seperti Sunan Kalijaga, Sheik abdul Kadir Jaelani dan Imam Safi’i. Hanya kepatuhan kepada Mursyid yang mampu melatih diri kita untuk patuh kepada Allah swt. Mursyid lah yang mengajarkan kita mampu membuka hijab pada diri kita sendiri dan kemampuan untuk memandang kebesaran dan keagungan Allah swt melalui tali perhubungan hikmah yang disampaikannya. عن دود عن ابن مسعود قال رسول الله ص م كُنْ مَعَ اللهِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ اِلَى اللهِ Ertinya “Sertakan dirimu kepada Allah, jika kamu belum dapat menyertakan dirimu kepada Allah, maka sertakanlah dirimu kepada orang yang telah serta Allah, maka ia akan menyampaikan kepada kamu pengenalan kepada Allah.” Abu Dawud يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah / jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihatlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." QS. al Maidah 35
dzikir bertemu guru sejati